Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri baja menilai permintaan produk sudah mulai meningkat kendati pandemi Covid-19 belum berlalu dari Bumi Pertiwi saat ini.
Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Silmy Karim mengatakan hal itu dikarenakan APBN sudah mulai turun sehingga mulai terjadi transaksi. Tak hanya itu, konsumsi rumah tangga yang sebelumnya menahan diri juga sudah mulai ada.
“Demand sudah membaik, semoga sustain meski belum 100 persen normal atau di kisaran 60-80 persen dari normal tergantung jenis produknya,” kata Silmy kepada Bisnis, Selasa (8/9/2020).
Silmy sebelumnya juga mengemukakan utilisasi pabrikan baja mulai membaik per Agustus 2020. Namun, pertumbuhan utilisasi industri baja dinilai tidak akan bertahan hingga akhir tahun.
IISIA mendata utilisasi pabrikan per Agustus telah membaik ke kisaran 40-70 persen. Adapun, pandemi Covid-19 memukul utilisasi pabrikan ke level 20-50 persen sekitar April-Juli 2020.
Sementara itu, Silmy tetap optimistis kendati harga baja diramalkan naik pada 3 bulan terakhir 2020, permintaan pada semester II/2020 akan lebih baik daripada semester I/2020.
Di sisi lain, sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel, Silmy menyampaikan pihaknya memilih pasar domestik sebagai fokus utama dengan dasar hal tersebut dapat membantu neraca dagang industri baja nasional.
Seperti diketahui, impor besi dan baja menempati urutan ketiga sebagai produk dengan nilai impor tertinggi beberapa tahun terakhir. “Artinya, rupiah tidak ikut tertekan [kalau KS bantu mengurangi impor di pasar domestik]. Jadi, lebih bagus jaga pasar domestik,” ucapnya.
Silmy berujar pihaknya hanya mengalokasikan sekitar 10 persen dari total produksi perseroan untuk pasar global. Menurutnya, alokasi pasar ekspor tersebut hanya untuk menjaga konsumen global KS dan mengimbangi benchmark industri baja global.